Pagi ini saya sempat menonton sebuah film dokumenter berjudul Sicko karya sineas Michael Moore. Tidak seperti biasanya, kali ini saya sangat tertarik pada film dokumenter yang satu ini, sampai-sampai hampir terlambat pergi ke kantor. Film itu berisi tentang komparasi antara biaya kesehatan di berbagai negara. Yang sempat saya lihat hanya tentang biaya kesehatan di Inggris.
Di Inggris, biaya pengobatan hampir tidak ada. Hampir tidak ada ? Ya, memang begitu kenyataannya. Bagi warga Inggris berusia dibawah 16 tahun dan diatas 60 tahun benar-benar dibebaskan dari seluruh biaya yang terkait dengan kesehatan alias gratis. Biaya kesehatan hanya dikenakan kepada warga berusia antara 16 hingga 60 tahun, karena rentang usia itu dianggap usia produktif. Garis besarnya adalah, hanya warga yang memiliki penghasilan yang harus membayar biaya kesehatan. Biaya yang dikeluarkan pun sama sekali tidak besar.
Seberapa besar sih? Hanya 6,65 pounds atau sekitar US$ 10 untuk setiap resep obat yang ditebus, dan tarifnya flat. Dalam artian jenis obat apapun yang tercantum dalam resep, baik obat flu, sampai dengan obat untuk HIV, berapapun jenis dan kuantitasnya, harga yang harus dibayar tetap 6,65 pounds atau sekitar US$ 10. Lalu bagaimana dengan rawat inap ? Rawat inap sama sekali tidak dikenakan biaya alias gratis.
Karena penasaran, Michael menyempatkan diri untuk melakukan berbagai cara untuk membuktikan kebenaran dari sistem pengobatan seperti itu. Wawancara dimulai di rumah sakit, dan dimulai dengan mewawancarai pegawai rumah sakit. Beberapa pertanyaan disampaikan kepada para pegawai rumah sakit, dan kepercayaan Michael sudah mulai terbangun.
Hasil wawancara maupun survey lokasi memberikan fakta bahwa memang tidak ada bagian penagihan, administrasi untuk pembayaran dan semacamnya. Administrasi hanya ditujukan untuk mencatat nama pasien dan histori pengobatan sebelumnya untuk kemudian dikompulasi dalam medical record milik pasien. Too good to be true? Memang begitu kok kenyataannya.
Tapi ternyata belum semuanya terungkap lho. Michael meneruskan perjalanan wawancaranya ke bagian lain dari rumah sakit itu. Dia sangat percaya, pasti ada tempat dimana pasien harus membayar. Dimana ya kira-kira ? Dia memutuskan untuk pergi ke bagian UGD, karena pastinya disini pasien harus membayar uang jaminan atau semacamnya untuk mendapat perawatan.
Wawancara kembali berlanjut dengan nara sumber pegawai di Unit Gawat Darurat, yang ternyata mementahkan prediksi Michael, karena semua pasien langsung mendapat perawatan begitu masuk ke UGD. Tidak ada pertanyaan mengenai kartu sosial, kartu askes, dan lain-lainnya yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kondisi pasien, yang ditanyakan benar-benar fokus pada apa yang diderita pasien untuk segera menentukan tindak lanjut yang sesuai. Identitas pasien bisa diperoleh nanti, karena kenyataannya turis asing pun mendapat perlakuan yang sama, tidak ada pertanyaan tentang kartu-kartu, paspor dan lain-lain. Intinya siapapun pasiennya, warga Inggris ataupun bukan, akan mendapat pelayanan dengan kualitas yang sama.
Nah, kalau turis asing, lalu berapa tarifnya ? Ya sama saja, gratis untuk perawatan, dan hanya US$ 10 untuk obat. Bagaimana kalau pasiennya harus kemoterapi, fisioterapi, cuci darah dll yang seharusnya biayanya sangat mahal di berbagai negara lain? Tetap gratis, apapun bentuk perawatannya, semuanya gratis, kecuali ya hanya beban farmasi yang satu tarif itu tadi. Semakin too good to be true ?
Menurut pengalaman, sesuatu yang too good to be true hampir tidak mungkin, karena biasanya memang terbukti sebaliknya. Nah, berangkat dari pola pikir seperti itu, penelusuran Michael dilanjutkan. Dan benar saja, karena kepercayaan Michael tiba-tiba sedikit bergeser. Setelah Michael berkeliling, akhirnya menemukan bagian cashier (kasir). Wah, fakta seperti ini memunculkan keraguan baru, karena apabila memang tidak perlu membayar apapun selama perawatan di rumah sakit (kecuali untuk obat yang hanya US$10 tadi, dan itupun langsung dibayarkan ke bagian farmasi), lalu untuk apa ada kasir di dekat pintu keluar rumah sakit? Pertanyaan yang sangat bagus. Dan pertanyaan ini langsung disampaikan kepada pegawai kasir yang memberikan jawaban yang sangat mengejutkan. Apa jawabannya ?
Ternyata fungsi kasir di dekat pintu keluar adalah untuk memberikan uang transport yang mungkin diperlukan oleh pasien untuk memastikan si pasien sampai di tempat tujuannya, bahkan pasien pun sempat-sempatnya diwawancara oleh pegawai kasir untuk memastikan memang si pasien punya tempat tujuan yang nyaman untuk lebih membantu proses penyembuhannya. Jadi kasir di rumah sakit bukan sebagai media cash in bagi rumah sakit, tetapi untuk cash out. Hebat sekali kan?, untuk berobat bukannya keluar uang malah terima uang. Am i dreaming or what ?
Lalu bagaimana sistem ini bekerja ? Kok bisa begitu enak ya ? Institusi di belakang sistem itu adalah NHS, National Health Service, sebuah institusi milik pemerintah yang diberi wewenang penuh untuk memastikan kesehatan warga inggris dapat terjaga dengan maksimal. Seorang nara sumber dalam film dokumenter ini menceritakan awal terbentuknya NHS. Pada tahun 1930-an, tingkat pengangguran di Inggris mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan.
Anehnya pada saat perang dunia I dan II berlangsung, sekitar tahun 1941 hingga 1945, angka pengangguran ini berkurang sangat drastis, bahkan mendekati nihil. Mengapa ? Karena hampir seluruh warga yang termasuk sebagai tenaga kerja usia produktif (masuk kategori labor force) terserap dalam kegiatan perang, baik sebagai tenaga militer, medis, dll. Nah, apabila hampir seluruh tenaga kerja dapat terserap untuk perang yang notabene bertujuan menghilangkan nyawa manusia, mengapa tidak menyerap tenaga kerja untuk tujuan sebaliknya, yaitu menyelamatkan nyawa manusia. Hal inilah yang mendasari pembentukan NHS, yang mulai beroperasi pada 5 Juli 1948.
Dengan terbentuknya NHS, terbukti mampu menyerap tenaga kerja, dan tujuan untuk menjamin kesehatan warga Inggris secara pelan-pelan namun pasti semakin terwujud. Pertanyaan yang kembali muncul adalah, apa yang harus dilakukan agar sistem seperti ini mampu bertahan ? Bagaimana caranya agar pengobatan yang nyaris gratis ini mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi, dan pasien merasa puas ?. karena kita tahu bahwa biasanya sesuatu yang gratis biasanya memiliki kualitas yang seadanya. Pernah dengar pernyataan atau pertanyaan seperti ini, “lha wong gratis kok mau enak”, atau “udah dikasih gratis kok masih protes?”, lebih parah lagi ada pernyataan, “yang bayar saja tidak jelas kualitasnya, apa lagi yang gratis.
Ternyata sistemnya memang dibuat sedemikian rupa sehingga walaupun gratis, kualitas layanan kesehatan tetap menjadi prioritas. Seluruh pegawai yang bekerja pada NHS dan affiliasinya adalah pegawai pemerintah Inggris, yang menerima gaji dari pemerintah Inggris. Seorang dokter di NHS memiliki gaji berkisar 85 ribu poundsterling setiap tahun (atau sekitar 120 ribu US dollar). Dengan gaji sebesar ini seorang dokter yang kebetulan diwawancara oleh Michael, mampu memiliki sebuah rumah seharga 550 ribu poundsterling, sebuah mobil mewah keluaran terbaru dan tunjangan pensiun yang lebih dari cukup untuk menjamin kehidupannya di hari tua.
Lalu apalagi yang bisa menjamin seorang dokter atau pegawai NHS akan memberikan pelayanan terbaik kepada pasien ? Ternyata ada satu lagi komponen gaji yang sifatnya variabel, sistemnya mungkin terlihat sederhana, tetapi dampaknya luar biasa. Komponen variabel dimaksud, diperoleh melalui perhitungan yang didasarkan pada medical record pasien yang ditangani oleh pegawai yang bersangkutan. Seperti apa sih? Jadi setiap perkembangan dalam medical record pasien dipantau dan didokumentasikan sesuai dengan penanggungjawabnya.
Semakin banyak pasien yang berhasil sembuh, semakin banyak yang berhenti merokok, dan lain-lainnya yang menuju ke arah yang lebih sehat, maka akan semakin sejahtera dokter/pegawai NHS, karena jumlah yang sembuh, yang berhenti merokok dll itulah yang menjadi koefisien variabel yang dikalikan dengan nilai tertentu yang menjadi tambahan penghasilan bagi dokter/pegawai NHS. Dengan sistem seperti ini, dokter/pegawai akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik karena sebagai imbal baliknya mereka juga mendapatkan sesuatu yang lebih. Sebaliknya pasien juga sangat diuntungkan karena mereka akan selalu mendapatkan pelayanan yang terbaik. Mutually beneficial kan ?.
Lalu, apakah bisnis kesehatan tidak bisa menjadi sesuatu yang komersial di Inggris? Tetap bisa kok, karena tetap saja ada praktek-praktek dokter swasta dan rumah sakit swasta dengan tujuan komersial dengan segmen pasien yang sangat sempit. Tapi untuk apa lagi kalau pelayanan NHS yang gratis sudah sangat memuaskan.
Konon, dengan sistem yang diterapkan NHS, warga termiskin di Inggris saja memiliki kemungkinan hidup yang jauh lebih baik dibandingkan warga terkaya Amerika.
Oke deh, sekarang Michael sudah percaya bahwa semuanya benar karena didukung oleh fakta yang tidak terbantahkan, bahkan dia sendiri seringkali ditertawakan karena menanyakan masalah biaya pada orang-orang yang dia wawancarai, karena memang sepanjang mereka bekerja, tidak ada yang bertanya masalah itu sebelumnya.
Saya juga sudah percaya, hanya saja semua ini menyisakan satu pertanyaan buat saya....kapan ya di Indonesia bisa seperti itu ?
*) Kurs dalam rupiah memang sengaja tidak saya tampilkan karena memang tidak disinggung di film tersebut. :-)
Blog Archive
-
▼
2009
(16)
-
▼
April
(16)
- Lorong Transedental - From Zero to Hero
- Alasan Memilih Bonus Pulsa
- Ponsel Terbaik versi Golden Ring Award 2009
- Voucher/Pulsa sebagai alat bayar
- Mengapa Bonus Pulsa
- Mengapa Bisnis Isi Pulsa
- Transfer Deposit/Bonus Bonus Pulsa ke Rekening Anda
- Transfer Deposit Antar Agen Bonus Pulsa
- Don’t judge the book by it’s cover, Fracture
- Akun Twitter Seleb diduga palsu?
- Solusi Cepat Bonus Pulsa
- Perhitungan Bonus Tansaksi ala Bonus Pulsa
- Program PTC - Learn Before You Earn
- Pengobatan Gratis ala Inggris
- Horizontal Marketing and Communication
- Bisnis Isi Pulsa Bonus Pulsa
-
▼
April
(16)
Wednesday, April 1, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment