Tuesday, April 21, 2009

Lorong Transedental - From Zero to Hero

Pernah dengar istilah no pain no gain?. Istilah singkat yang menggambarkan arti perjuangan, dan bahwa untuk mencapai tujuan tertentu memerlukan sebuah proses, yang panjang maupun pendeknya sangat ditentukan oleh usaha yang bersangkutan dan tentunya ridha Allah SWT. Seorang rekan (alm. Djoko Sardjono) berbagi nasehat mengenai proses pencapaian tujuan, proses bagaimana melalui penderitaan, dapat mengubah seseorang dari “biasa” menjadi “luar biasa”, from “zero” to “hero”. Analogi yang beliau sampaikan mengenai lorong transedental dimaksud adalah sebagaimana cerita berikut :

Jeritan seorang Anak dan Nasehat Ibunya

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir batu kecil memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Allah SWT tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu nak ..... sakit sekali, aku tahu anakku, ..... Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam." "Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; ..... air matanya telah merubah sebutir batu kecil menjadi sebutir Mutiara yang sangat berharga.
Sebagai hasil derita bertahun-tahun, dirinya menjadi lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.


Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa". Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa".

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki:
1. menjadi `kerang biasa' yang disantap orang, atau
2. menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara'.
Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja'.

Apabila anda teringat dan pernah membaca kisah Thomas Alva Edison, anda tentunya juga tahu bahwa setelah melalui lorong transedentalnya sendiri (di hina, dikeluarkan dari sekolah karena dianggap terlalu bodoh, kemudian di usia 10 tahun, harus berjualan koran untuk membiayai penelitian-penelitian yang dilakukannya), beliau kemudian dikenal sebagai penemu paling berpengaruh sepanjang masa dengan 1.093 paten atas namanya. Sikap pantang menyerah dan selalu berusaha bangkit dari kegagalan adalah satu hal yang membuatnya istimewa.

No comments:

Post a Comment